Penyebab Anak yang Sering Teriak Secara Tiba-Tiba Serta Cara Efektif Mengatasinya

Kutus Kutus – Tidak jarang kita menemukan anak-anak yang sering berteriak tiba-tiba. Terkadang kondisi ini membuat marah para orang tua. Tahukah kamu kalau anak yang berterik memiliki beberapa penyebab. Agar lebih memahami kondisinya, berikut beberapa penyebab anak balita sering teriak yang perlu orangtua ketahui.

1. Anak belum mengerti meluapkan emosi

Mengutip dari Healthy Children, pada usia 1-3 tahun, anak mulai belajar berbagai hal baru yang ia temukan, termasuk soal perasaan.

Teriakan ini adalah bagian dari tanda bahwa anak sedang bertumbuh. Selain itu, teriakan bisa menjadi cara anak untuk mencoba mengungkapkan emosi yang ia rasakan.

Anak bisa teriak saat kesal, sedih, kecewa, atau bahkan bahagia. Meski terkesan membingungkan orangtua, ini adalah hal yang sangat wajar.

Ketika ibu melihat anak berteriak, pastikan kalau ia berada pada situasi yang aman.

Perhatikan apakah ada benda tajamdi sekitar anak dan jangan sampai ia melukai dirinya sendiri.

2. Cara anak berkomunikasi

Berdasarkan panduan perkembangan anak dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), bayi usia 18 bulan akan lebih mudah untuk mengekspresikan amarahnya.

Amarah menjadi salah satu penyebab anak sering teriak. Sebenarnya, ini adalah caranya untuk berkomunikasi.

Kemampuan bicara dan perkembangan bahasa bayi kurang dari dua tahun masih belum sempurna. Namun, ia sudah memiliki keinginan untuk menyampaikan sesuatu.

Saat anak menyampaikan sesuatu dan orangtua atau pengasuh sulit mengerti, ia akan lebih mudah kesal dan berteriak.

3. Anak mencari perhatian lingkungan sekitar

Saat balita tiba-tiba teriak, coba perhatikan kondisi anak, apakah lingkungan sekitar sedang memperhatikannya?

Pasalnya, salah satu penyebab anak sering teriak adalah karena ia merasa tidak mendapat perhatian dari orang yang ada di dekatnya.

Teriak adalah cara anak mengekspresikan “Ayo, sini lihat aku!” saat sedang asyik bermain.

4. Anak merasa tertekan

Tanpa disadari oleh orang tua, terdapat beberapa situasi yang membuat anak merasa tertekan. Sebagai contoh, saat anak berebut mainan dengan temannya atau ingin memiliki barang milik orang lain.

Pada usia dua tahun ke atas, anak sudah mengerti rasa kepemilikan. Jadi, ketika si kecil punya mainan dan temannya merebut, ia bisa merasa tertekan.

Kondisi ini yang kemudian menjadi penyebab anak sering teriak sampai berhasil mendapatkan mainannya kembali.

Anak juga bisa berteriak ketika ada kondisi yang membuatnya malu, takut, atau sedih.

Pada saat ini, teriakan menjadi perantara untuk meluapkan emosi yang ia rasakan.

5. Anak merasakan kelelahan

Saat orang dewasa lelah, pasti merasa kesal. Begitu pula dengan anak-anak.

Hanya saja, perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa terletak pada cara meluapkan rasa lelah.

Mengingat anak masih belajar mengenal emosi, saat ia merasa lelah, kesal, atau lapar, ekspresi yang ia keluarkan tentu berbeda dengan orang dewasa.

Cara meluapkan kekesalannya adalah dengan teriakan yang melengking bahkan sampai menangis.

Cara mengatasi anak yang sering teriak

Teriakan anak tentu membuat orangtua tidak nyaman, apalagi bila terjadi di tempat umum.

Nah, berikut beberapa cara untuk mengatasi anak sering teriak.

1. Pelankan suara ibu

Saat anak mulai sering teriak, hadapi dengan suara pelan.

Pasalnya, jika anak sering teriak dan ibu merespons dengan suara tinggi, justru menjadi penyebab situasi semakin parah.

Ajak si kecil bicara dengan suara pelan sambil menatap matanya. Ini bisa membuat anak merasa ibu mendengarnya.

2. Ajak anak memahami emosinya

Anak usia 1-5 tahun memang belum memahami emosi secara baik. Namun, ibu bisa memberi pemahaman secara perlahan pada si kecil.

Saat ibu mendengar anak sering teriak, tanyakan apa yang menjadi penyebab si kecil melakukan hal itu.

“Adik kenapa? Susah main puzzle?” Saat ibu bertanya pada si kecil, pastikan menatap matanya dan lihat respons anak.

Mungkin ia menjawab dengan sikap atau mengarahkan sesuatu, misalnya menunjuk balok susun yang jatuh.

“Coba adik ikutin bentuk gambarnya, ya”

Lewat cara ini, anak akan merasa aman karena ada yang menemani sekaligus mengajarkan cara mencari solusi dari masalah yang dihadapinya.

3. Jauhkan benda berbahaya

Saat emosi anak sedang tidak terkendali, pastikan ia berada di tempat yang aman.

Artinya, tidak ada benda tajam atau berada di tempat tinggi yang bisa membuatnya celaka.

Ketika anak sering teriak, secara spontan mungkin akan melempar mainan dan bisa menjadi penyebab masalah baru.

Sebagai contoh, kecelakaan atau benturan yang tidak menimbulkan masalah kesehatan.

Pada titik yang kurang terkendali, kondisi ini bisa memicu tantrum pada anak. Ibu perlu mewaspadai jenis tantrum yang melewati batas normal.

Pakai Kutus Kutus yang sudah teruji dan terbukti khasiatnya, minyak herbal alami yang banyak manfaatnya, klik disini untuk pemesanan !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *