fbpx

Bahaya yang Timbul jika Sakit Punggung Tidak Segera Diatasi

Kutus Kutus – Dalam banyak penelitian sebelumnya, sakit punggung – khususnya nyeri punggung bawah – adalah penyebab utama aktivitas terganggu. Seseorang yang mengalami kondisi ini bisa memilih untuk tidak hadir di kantor. Jadi, banyak orang yang bolos kerja karena sakit punggung yang tidak tertahankan.
Selain itu, menurut sebuah studi dari Medical News Today, sakit punggung juga berkaitan dengan berbagai gejala kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi.
Penyebab sakit punggung
Ketika seseorang mengalami sakit punggung, biasanya bisa terdeteksi di mana titik sakitnya. Rasa sakitnya yang muncul bisa terjadi secara terus menerus atau tiba-tiba. Pada umumnya, penyebab sakit punggung adalah karena cedera yang dialami penderita.
Sakit punggung dapat timbul dari kulit, otot, saraf, tulang belakang, atau organ lain yang dekat dengan punggung. Sebagai dampaknya, sakit punggung bisa saja tidak selalu karena masalah pada punggung itu sendiri. Beberapa penyebab sakit punggung diantaranya:
• Postur tubuh yang salah
• Trauma
• Peregangan otot
• Kejang otot
• Tekanan pada akar saraf
• Robek pada ligamen penyokong punggung
• Patah tulang
• Tulang belakang yang kurang selaras
• Osteoporosis
• Infeksi oleh virus
• Infeksi oleh bakteri
• Infeksi pada kulit
• Infeksi pada ginjal dan kantung kemih
• Masalah kewanitaan (endometriosis, kista ovarium)
• Hernia tulang belakang
• Stenosis tulang belakang (penyempitan saluran tulang belakang)
• Pelekukan tulang belakang (skoliosis atau kifosis)
• Tumor tulang.
Dari berbagai penyebab di atas, sakit punggung tak boleh dianggap sepele. Bila Anda merasakannya, segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui diagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Kenali bahaya sakit punggung

Efek sakit punggung bisa sangat meluas. Sayangnya perawatan yang tepat sering kali sulit ditemukan. Belum lagi, biaya perawatan untuk sakit punggung bisa sangat mahal.
Satu studi yang diterbitkan di jurnal JAMA tahun 2016 menemukan bahwa pada 2013 nyeri punggung dan nyeri leher menjadi penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi ketiga Amerika Serikat. Jumlahnya bisa mencapai USD 87,6 miliar atau setara dengan Rp 1246 triliun. Angka yang cukup luar biasa untuk penyakit yang jarang mendapat perhatian khusus.
Selain itu, Krembil Research Institute di Toronto, Kanada, telah meneliti efek dari nyeri punggung dari waktu ke waktu. Mereka menilai informasi tentang komorbiditas (efek gangguan tambahan), kecacatan, dan penggunaan obat di antara faktor-faktor lain. Temuan mereka dipublikasikan dalam jurnal Arthritis Care & Research.
Para peneliti kemudian menganalisis data dari 12.782 peserta yang berbasis di Kanada, yang kesehatannya mereka ikuti dari 1994 hingga 2011. Para peneliti mewawancarai para peserta setiap 2 tahun sekali, mengumpulkan informasi tentang komorbiditas mereka, tingkat dan frekuensi rasa sakit, status kecacatan, penggunaan narkoba, dan perkembangan laporan saat kunjungan ke dokter.

Baca Juga: Apakah Gangguan Mental Bisa Dipicu oleh Sakit Punggung?

Selama periode tindak lanjut, 45,6 persen dari peserta melaporkan setidaknya mengalami rasa sakit punggung sebanyak satu kali. Di antara kelompok ini, para peneliti mengidentifikasi empat kategori nyeri punggung:
• persisten (dilaporkan oleh 18 persen peserta)
• berkembang (28,1 persen)
• sesekali (33,4 persen)
• pemulihan dari sakit punggung (20,5 persen)
Para peneliti juga menemukan bahwa peserta dengan nyeri punggung cenderung mengalami rasa sakit yang lebih sering, serta peluang kecacatan yang lebih besar. Para peserta dalam kelompok-kelompok ini juga menggunakan lebih banyak obat untuk menghilangkan rasa sakit dan membayar lebih banyak kunjungan ke dokter daripada orang-orang yang sesekali sakit punggung atau yang telah pulih.
“Kabar baiknya adalah 1 dari 5 orang dengan sakit punggung pulih. Mereka terus menggunakan opioid (obat penghilang rasa sakit) dan antidepresan. Orang yang pulih dari sakit punggung ini juga masih memerlukan pemantauan terus-menerus,” kata penulis utama studi tersebut, Mayilee Canizares, Ph.D.
Meski demikian, ternyata 1 dari 5 orang yang mengalami nyeri punggung persisten, serta sakit punggung berkembang akan mengalami nyeri punggung seiring berjalannya waktu. Akibatnya, kedua kelompok ini mengalami hambatan dalam menjalankan aktivitasnya.
Menanggapi temuan ini, Canizares dan rekan-rekannya menyarankan bahwa dokter sebaiknya meresepkan perawatan yang lebih pribadi untuk penderita sakit punggung, daripada menawarkan pengobatan yang sama seperti penderita lainnya.
Sakit punggung memang kerap disepelekan. Biasanya orang mengandalkan salep pereda nyeri untuk mengatasinya. Namun, penelitian di atas telah memberi Anda gambaran bahwa sakit punggung yang tidak teratasi dengan baik bisa memberikan efek yang berbahaya. Jadi, hindari masalah punggung dengan mengatur postur tubuh setiap beraktivitas serta memenuhi asupan kalsium harian Anda.

Anda bisa mengurangi nyeri punggung menggunakan minyak balur dari kutus kutus, pesan di sini.

Leave a Reply